Tipe-tipe dan Gaya dalam Kepemimpinan

Tipe dan Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan oleh pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya. Menurut Mulyasa (2006) gaya kepemimpinan adalah suatu norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat.

Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku seorang pemimpin yang khas pada saat mempengaruhi yang dipimpinnya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan, cara pemimpin untuk bertindak dalam mempengaruhi anggota kelompok membentuk gaya kepemimpinannya.


Tipe-tipe Kepemimpinan Pendidikan

Menurut Ngalim Purwanto (1995) kepemimpinan pendidikan dapat diklasifikasikan ke dalam 4 tipe, yaitu:

Tipe Otoriter

Secara etimologi otoriter berarti penguasa absolute. Tipe kepemimpinan otoriter cenderung memberi perintah sehingga ada kesan bawahan atau anggota-anggotanya hanya mengikuti dan menjalankan perintah, tidak boleh membantah dan mengajukan saran.

Gaya kepemimpinan yang otoriter menurut Hadari Nawawi (1993) biasanya memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

  • Menganggap organisasi yang dipimpinnya sebagai milik pribadi.
  • Mengidentifikasikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
  • Menganggap bawahan bak sebuah alat semata.
  • Tidak menerima pendapat, saran, atau kritik dari anggotanya.
  • Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya.
  • Cara pendekatan kepada bawahannya dengan pendekatan paksaan dan bersifat kesalahan hukuman.

Tipe Pseudo-Demokratis

Istilah pseudo berarti palsu. Maka pseudo-demokratis berarti bukan atau tidak demokratis. Tipe kepemimpinan ini sebenarnya otoriter, tetapi memberikan kesan demokratis.

Seorang pemimpin yang bertipe pseudo-dekokratis sering memakai “topeng”. Ia pura-pura memperlihatkan demokratis di dalam kepemimpinannya padahal sebenarnya ia adalah seorang yang otoriter.

Tipe Kepemimpinan Bebas (Laissez Faire)

Tipe kepemimpinan ini diartikan memberikan orang-orang atau anggotanya berbuat sekehendaknya. Gaya kepemimpinan seperti ini sang pemimpin praktis tidak memimpin dan tidak memberikan kontrol terhadap pekerjaan para anggotanya.

Prinsip gaya kepemimpinan laissez faire ini memiliki sifat-sifat antara lain:

  • Pembagian tugas kerja diserahkan kepada anggota-anggota kelompok tanpa petunjuk dan saran-saran.
  • Kekuasaan dan tanggung jawab bersimpang siur dan tidak merata.

  • Tidak memiliki tanggung jawab untuk mencapat sebuah tujuan.
Tipe Demokratis

Tipe kepemimpinan demokratis adalah tipe yang paling ideal. Pemimpin demokratis adalah pemimpin yang kooperatif dan tidak diktator. Ia selalu menstimulasi anggota-anggotanya dan selalu mempertimbangkan pendapat anggotanya.

Menurut Purwanto (1995) pemimpin yang demokratis memiliki beberapa ciri antara lain:

  • Dalam menggerakkan bawahan bertitik tolak dari manusia makhluk termulia di dunia.
  • Selalu berusaha untuk menyingkronkan tujuan organisasi dan tujuan pribadi.
  • Senang menerima saran, pendapat, dan kritik dari bawahan.
  • Mengutamakan kerjasama dalam mencapat tujuan.
  • Memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada bawahan dan membimbingnya.
  • Mengusahakan agar bawahan lebih sukses daripada dirinya.
  • Selalu mengembangkan kapasitas dirinya sebagai seorang pemimpin.

Setiap tipe kepemimpinan tidak ada yang sempurna, seorang pemimpin harus bisa bersikap fleksibel, sehingga pemimpin bisa bertipe otoriter pada saat-saat tertentu dan bertipe demokratis pada saat-saat tetentu juga.

4 Gaya Kepemimpinan

Menurut Fatchurahman dan Supardi (2017:9) mengatakan bahwa ada empat gaya kepemimpinan, yaitu:

  1. Directing, gaya ini digunakan untuk menyelesaikan tugas yang sulit dan bawahan yang belum berpengalama agar termotivasi dalam mengerjakan tugasnya. Pemimpin mengarahkan apa yang perlu dan harus dilakukan.
  2. Coaching, pemimpin yang menggunakan gaya ini berciri khas selalu memberikan arahan secara rinci, instruksinya jelas, dan mengawasi pekerjaan bawahannya dari jarak dekat, sehingga dikenal juga dengan gaya pemberitahu.
  3. Supporting, dalam gaya ini pemimpin memberikan fasilitas dan juga bantuan kepada bawahan dalam pelaksanaan tugasnya.
  4. Delegating, pemimpin dalam gaya ini cenderung mendelegasikan tugas dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaannya.

Daftar Pustaka

  • Mulyasa, E. (2006). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  • Nawawi, H. (1993). Kepemimpinan Menurut Islam. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
  • Purwanto, N. (1995). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  • Sodikin, A. Fatuchurahman, M. and Supardi, S. (2017). Pemimpin yang Melayani dalam Membangun Bangsa yang Mandiri. Anterior Jurnal, 16(2), pp.90-103. Doi: 10.33084/anterior.v16i2.4.1.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url