Pengelolaan Kelas: Pengertian, Fungsi, Tujuan, Komponen, Prinsip, Pendekatan, dan Hambatan

Pengelolaan Kelas: Pengertian, Fungsi, Tujuan, Komponen, Prinsip, Pendekatan, dan Hambatan


Menurut Weber (1995) dalam Cooper (1995) menjelaskan bahwa pengelolaan kelas lebih mengarah pada seperangkat perilaku yang kompleks dimana guru menata dan memelihara kondisi kelas yang akan memampukan para siswa mencapai tujuan pembelajaran secara efisien.

Pengelolaan kelas didefinisikan sebagai serangkaian tindakan yang dilakukan guru dalam upaya menciptakan kondisi kelas agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuannya.

Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan guru dalam menciptakan kondisi kelas adalah melakukan komunikasi dan hubungan interpersonal antara guru dan peserta didik secara timbal balik dan efektif, selain melakukan perencanaan atau persiapan mengajar.

Manajemen kelas terdiri dari pelajaran perencanaan, menyediakan lingkungan belajar yang kondusif, mengajari siswa dan menanggapi masalah perilaku siswa (Aulia, 2018). Basar (2011) dalam Aulia (2018) menyimpulkan bahwa manajemen kelas dapat dibahas secara komprehensif di bawah lima bidang utama, diantaranya :

1. Pengelolaan lingkungan fisik

Guru harus bertujuan untuk menyediakan konteks pembelajaran yang aman dan ramah yang memudahkan kontak sosial antara guru dan murid untuk meningkatkan pengetahuan, kepercayaan, dan keterampilan siswa dalam hubungan manusia. Cara di mana aspek fisik kelas disusun harus mencerminkan tujuan dan nilai yang ingin dipromosikan sekolah. (Ming-tak & Wai-shing,2008)

2. Pengelolaan waktu

Cara waktu yang dialokasikan, rutin non instruksional transisiantara aktivitas atau kelas, gangguan sekolah yang luas, jenis pengaturan tempatduduk, jenis ruang yang diputuskan untuk kelompok dan kegiatan yang sedang berlangsung, ruang kerja individu dan penyimpanan permanen Dari bahan dan catatan, penempatan meja guru mempengaruhi penggunaan waktu (McLeod et al., 2003). Dalam pengertian ini John dan Sutherland (2004) menegaskan bahwa teks digital, yang digunakan dengan terampil, dapat menciptakan kondisi di mana waktu dan energi dilepaskan.
 

3. Pengelolaan perilaku siswa

Standar, peraturan dan prosedur pengajaran telahdibahas di antara aspek pengelolaan kelas yang paling penting. Setelah kurikulum ditinjau, strategi dapat dipertimbangkan. Di kelas yang dikelola dengan baik siswa harus tahu persis apa yang harus dilakukan, memiliki kesempatan untuk diskusi lisan dan belajar dengan rekan kerja secara kooperatif dan belajar di lingkungan belajar yang menyenangkan (Demirbilek dan Yucel, 2011; Edwards, 2000; McLeod, Fisher and Hoover, 2003; Ozan & Ozdemir, 2010; Valiandes dan Tarman, 2011; Warschauer, 1996).

4. Pengelolaan hubungan dan komunikasi

Komunikasi sangat penting untuk hubungan baik dan memerlukan guru untuk menampilkan perilaku verbal dan non verbal yang sesuai untuk mempromosikan pemahaman dan langkah pertama pengelolaan kelas yang efektif adalah membangun iklim kelas positif berdasarkan rasa saling percaya, hormat dan perhatian (Marzano, 2003; Ming-tak dan Wai-shing, 2008;  McLeod dkk., 2003)

5. Manajemen kurikulum

Kurikulum yang dipersiapkan dengan baik yang menyeimbangkan beragam kepentingan dan kebutuhan siswa dengan metode pembelajaran yang sesuai dapat terjadi dengan kelas yang dikelola dengan baik (Edwards , 2000; Young, Klemz dan Murphy, 2003).

Fungsi Pengelolaan Kelas

Fungsi ini terdiri dari perencanaan kelas, pengorganisasian kelas, kepemimpinan kelas dan pengendalian kelas. Pengelolaan kelas berfungsi untuk membuat perubahan-perubahan dalam kelas, sehingga peserta didik bisa bekerja sama dan mengembangkan kontrol diri. Peserta didik mampu mengatur diri dan mengembangkan sikap aktif dalam belajar.

Kerjasama anggota kelas sangat dibutuhkan untuk mendorong semangat belajar peserta didik. Fungsi pengelolaan kelas pada hakikatnya adalah keterampilan guru dalam mengatur suasana kelas dari kegiatan perencanaan kelas, pengorganisasian kelas, kepemimpinan kelas, dan pengendalian kelas agar terciptanya gairah belajar, peningkatan prestasi belajar siswa, meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran.

Tujuan Pengelolaan Kelas

Tujuan dari pengelolaan kelas sendiri menurut Doyle (2011) dalam Aulia (2018) adalah untuk mendorong dan membangun kontrol diri siswa melalui proses mempromosikan prestasi dan perilaku siswa yang positif untuk menciptakan prestasi akademik, guru dan perilaku siswa secara langsung terkait dengan konsep sekolah dan manajemen kelas. Tujuan utama dari pengelolaan kelas adalah peningkatan hasil akademik siswa (Omomia and Omomia, 2014).

Menurut Usman dalam (Rofiq, 2009) pengelolaan kelas mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, sebagai berikut :
  • Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas belajar untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik.
  • Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisikondisi yang memungkinkan peserta didik bekerja dan belajar, serta membantu peserta didik untuk memperoleh hasil yang diharapkan.

Komponen-Komponen Pengelolaan Kelas

Komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas ini pada umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif) dan keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal. (Rofiq, 2009)

1. Preventif

Preventif adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk mencegah terjadinya gangguan dalam pembelajaran. Mencegah dianggap lebih baik dari pada mengobati. Implikasi bagi guru melalui kegiatan preventif ini yaitu harus sedini mungkin guru mengidentifikasi hal-hal atau gejala-gejala yang dianggap akan menggangu pembelajaran.

2. Refresif

Keterampilan refresif tidak diartikan sebagai tindakan kekerasan seperti penanganan dalam masalah keamanan. Keterampilan refresif sebagai salah satu unsur dari keterampilan pengelolaan kelas, maksudnya adalah kemampuan guru untuk mengatasi, menemukan dan menemukan solusi yang tepat untuk memecahkan masalah yang dalam lingkungan pembelajaran.

3. Modifikasi Tingkah laku

Modifikasi tingkah laku adalah bahwa setiap tingkah laku dapat diamati. Oleh karena itu, bagaimana ketika tingkah laku yang muncul bersifat positif, maka tentu guru harus memberi tanggapan positif agar kebiasaan yang baik itu lebih kuat dan dapat dipelihara.

Sementara bagi yang menunjukkan perilaku kurang baik, dengan segera mencari sebab-sebabnya dan mengingatkan untuk tidak diulangi lagi bahkan jika perlu memberikan hukuman agar menyadari terhadap perilaku yang kurang baik dan memperbaikinya dengan yang lebih positif.

Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas

Beberapa pendekatan untuk pengelolaan kelas yang dapat dipelajari dari berbagai sumber diantaranya :

1. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku

Pendekatan ini berasumsi bahwa semua tingkah laku anak yang baik atau kurang baik adalah hasil proses belajar dan terdapat proses psikologis yang fundamental untuk menjelaskan proses belajar yang dimaksud. Adapun proses psikologis yang dimaksudkan ialah penguatan positif, hukuman, penghapusan, dan penguatan negatif.

2. Pendekatan penciptaan iklim sosio-emosional

Pendekatan ini berdasarkan asumsi bahwa proses pengajaran yang efektif mensyaratkan iklim sosio-emosional yang baik atau adanya hubungan interaksi yang baik antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran, dan guru adalah kunci dari pembentukan iklim sosio-emosional. Sikap dan kebiasaan guru untuk tampil jujur, tulus, terbuka, bersemangat, dinamis dan enerjik adalah hal yang dianggap penting untuk menciptakan iklim sosio-emosional dalam pengelolaan kelas.

3. Pendekatan Proses Kelompok

Pendekatan ini berdasarkan pada asumsi bahwa pengalaman belajar berlangsung dalam konteks atau kelompok sosial dan tugas guru adalah membina kelompok yang produktif dan kohesif. Jadi dalam pendekatan proses kelompok ini, pengalaman belajar peserta didik didapat dari kegiatan kelompok dimana dalam kelompok terdapat norma-norma yang harus diikuti oleh anggotanya, terdapat tujuan yang ingin dicapai, adanya hubungan timbal balik antar anggota kelompok untuk mencapai tujuan serta memelihara kelompok yang produktif.

4. Pendekatan Elektis atau Pluralistik

Pendekatan ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dan inisitif guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan berdasarkan situasi yang dihadapinya. Pendekatan elektis bisa disebut juga pendekatan pluralistik adalah pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pndekata yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan kondisi yang memungkinkan proses belajar berjalan dengan efektif dan efisien.

Prinsip-Prinsip Dalam Pengelolaan Kelas

Prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh Djamarah dalam (Rofiq, 2009) adalah sebagai berikut :

1. Hangat dan Antusias

Hangat dan sntusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab pada anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktifitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.

2. Tantangan

Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah peserta didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.

3. Bervariasi

Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian peserta didik. Kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.

4. Keluwesan

Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan peserta didik serta menciptakan iklim belajarmengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan peserta didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.

5. Penekanan pada hal-hal yang positif

Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negative. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku peserta didik yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatif.

Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.

6. Penanaman Disiplin Diri

Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan dislipin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal. (Saputra, 2021)

Hambatan Dalam Pengelolaan Kelas

Menurut Rohani 2004:155 menyatakan bahwa hambatan dalam pengelolaan kelas dapat muncul dari berbagai macam hal, yaitu:

A. Faktor Guru

Guru dapat menjadi faktor penghambat dalam melaksanakan penciptaan suasana yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar. Faktor penghambat yang datang dari guru dapat berupa beberapa faktor, yaitu:

1. Tipe Kepemimpinan Guru

Tipe kepemimpinan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar yang otoriter dan kurang demokratis akan menumbuhkan sikap pasif atau agresif siswa. Kedua sikap siswa ini merupakan sumber masalah pengelolaan kelas karena berpengaruh terhadap komunikasi yang terjalin antara guru dengan siswa di kelas.

2. Format Kegiatatan Belajar Mengajar yang Monoton

Format kegiatan belajar mengajar yang monoton menimbulkan kebosanan bagi siswa. Format kegiatan belajar mengajar yang tidak bervariasi dapat menyebabkan siswa bosan, frustasikecewa dan hal ini merupakan sumber pelanggaran disiplin.

3. Kepribadian Guru

Seorang guru yang berhasil dituntut untuk bersikap hangat, adil, objektif, dan fleksibel sehingga terbina suasana emosional yang menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar. Sikap yang bertentangan dengan kepribadian tersebut akan menimbulkan masalah pengelolaan kelas.

4. Pengetahuan Guru

Terbatasnya pengetahuan guru tentang masalah dan pendekatan pengelolaan kelas, baik yang sifatnya teoritis maupun pengalaman praktis dapat menimbulkan hambatan dalam pengelolaan kelas. Mendiskusikan masalah ini dengan teman sejawat akan membantu mereka dalam meningkatkan keterampilan mengelola kelas dalam proses belajar mengajar.

5. Pemahaman Guru tentang Peserta Didik

Terbatasnya kesempatan guru untuk memahami tingkah laku peserta didik dan latar belakangnya dapat disebabkan karena kurangnya usaha guru untuk dengan sengaja memahami peserta didik dan latar belakangnya. Kemungkinan karena tidak mengetahui caranya ataupun karena beban mengajar guru yang di luar batas kemampuannya sehingga guru datang ke sekolah semata-mata untuk mengajar.

B. Faktor Siswa

Siswa dalam kelas dapat dianggap sebagai seorang individu dalam suatu masyarakat kecil yaitu kelas dan sekolah. Mereka harus tahu hak-haknya sebagai bagian dari suatu kesatuan masyarakat disamping mereka juga harus tahu akan kewajibannya dan keharusan menghormati hak-hak orang lain dan teman-teman sekelasnya.

Siswa harus sadar bahwa jika mereka mengganggu temannya yang sedang belajar, berarti ia tidak melaksanakan kewajibannya sebagai anggota masyarakat kelas dan tidak menghormati hak siswa lain untuk mendapatkan manfaat dari kegiatan belajar mengajar.

Kurang sadarnya siswa dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai anggota suatu kelas atau suatu sekolah dapat menjadi faktor utama penyebab masalah pengelolaan kelas. Pembiasaan yang baik di sekolah dalam bentuk tata tertib sekolah yang disetujui dan diterima bersama oleh sekolah dan siswa dengan penuh kesadaran akan membawa peserta didik kea rah yang lebih tertib.

C. Faktor Keluarga

Tingkah laku siswa di dalam kelas merupakan pencerminan keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah laku siswa yang agresif atau apatis. Di dalam kelas sering ditemukan ada siswa pengganggu dan pembuat rebut.

Mereka itu biasanya berasal dari keluarga yang tidak utuh broken home. Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan keluarga seperti tidak tertib, tidak patuh pada disiplin, kebebasan yang berlebihan, ataupun terlalu dikekang merupakan latar belakang yang menyebabkan siswa melanggar disiplin kelas sehingga terlihat jelas bahwa tuntutan di kelas berbeda dengan kondisi keluarga yang menimbulkan kesukaran bagi siswa untuk menyesuaikan diri.

Salah penyesuaian maladjusted siswa terhadap situasi kelas merupakan masalah dalam pengelolaan kelas. Disinilah pentingnya kerja sama yang seimbang antara sekolah dengan rumah agar terjadi keselarasan antara situasi dan tuntutan di kelas atau sekolah.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url