Tipe Supervisor & Proses Supervisi Pendidikan di SD
Tipe-Tipe Dalam Proses Supervisi Pendidikan
Menurut Sudadi (2021), terdapat beberapa tipe-tipe dalam proses supervisi pendidikan, antara lain :
1. Tipe Inspeksi
Tipe seperti ini biasanya terjadi dalam administrasi dan model kepemimpinan yang otokratis, mengutamakan pada upaya mencari kesalahan orang lain, bertindak sebagai “Inspektur” yang bertugas mengawasi pekerjaan guru.
Supervisi ini dijalankan terutama untuk mengawasi, meneliti dan mencermati apakah guru dan petugas di sekolah sudah melaksanakan seluruh tugas yang diperintahkan serta ditentukan oleh atasannya.
2. Tipe Laissez Faire
Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi inspeksi bawahan diawasi secara ketat dan harus menurut perintah atasan, pada supervisi Laisses Faire para pegawai dibiarkan saja bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk yang benar.
Misalnya guru boleh mengajar sebagaimana yang mereka inginkan baik pengembangan materi, pemilihan metode ataupun alat pelajaran.
3. Tipe Coersive
Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi. Sifatnya memaksakan kehendaknya.
Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik, meskipun tidak cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang disupervisi tetap saja dipaksakan berlakunya.
Guru sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bertanya mengapa harus demikian. Supervisi ini mungkin masih bisa diterapkan secara tepat untuk hal-hal yang bersifat awal.
Contoh supervisi yang dilakukan kepada guru yang baru mulai mengajar. Dalam keadaan demikian, apabila supervisor tidak bertindak tegas, yang disupervisi mungkin menjadi ragu-ragu dan bahkan kehilangan arah yang pasti.
4. Tipe Training dan Guidance
Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan. Hal yang positif dari supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu mendapatkan latihan dan bimbingan dari kepala sekolah.
Sedangkan dari sisi negatifnya kurang adanya kepercayaan pada guru dan karyawan bahwa mereka mampu mengembangkan diri tanpa selalu diawasi, dilatih dan dibimbing oleh atasannya.
5. Tipe Demokratis
Selain kepemimpinan yang bersifat demokratis, tipe ini juga memerlukan kondisi dan situasi yang khusus.
Tanggung jawab bukan hanya seorang pemimpin saja yang memegangnya, tetapi didistribusikan atau didelegasikan kepada para anggota atau warga sekolah sesuai dengan kemampuan dan keahlian masing-masing.
Proses Supervisi Pendidikan Di Sekolah Dasar
Dalam proses pendidikan terdapat tiga dimensi yang harus diperhatikan oleh supervisor, yaitu :
- Dimensi substantif, mengenai bahan apa yang akan diajar,
- Dimensi tingkah laku tentang bagaimana guru mengajar
- Dimensi lingkungan fisik, mengenai sarana dan prasarana
Supervisor menurut Waluya (2013) digolongkan menjadi 2 yaitu, kantor diknas dan kepala sekolah.
- Dalam peningkatan keprofesionalan seorang guru oleh supervisor, menurut Waluya (2013) diharapkan seorang guru tersebut :
- Mampu mengembangkan tanggungjawab yang baik
- Mampu melaksanakan perannya secara berhasil
- Mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan
- Mampu melaksanakan perannya dalam proses belajar-mengajar. Selain itu kepala sekolah sebagai supervisor menaruh perhatian kepada koordinasi antara guru kelas, memperhatikan kebutuhan orang tua siswa dan masyarakat, dan menjembatani lingkungan luar dan sekolah (Waluya, 2013).
- Pendidikan sebagai suatu bentuk konsumsi yang dapat memenuhi kepuasan seseorang untuk menikmati peralihan pengetahuan dan keterampilan pada waktu sekarang,
- Pendidikan dapat membantu peningkatan keterampilan dan pengetahuan bekerja lebih produktif sehingga dapat meningkatkan penghasilan tenaga kerja lulusan pendidikan di masa mendatang,
- Pendidikan dapat memberikan pengaruh terhadap pemerataan pendapatan masyarakat melalui pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan.
Secara tidak langsung supervisor mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia pada era globalisasi.
Ini dapat dilihat dari sumber daya manusia yang mampu mengarahkan diri sendiri untuk hidup mandiri, dapat berpikir reflektif dan kreatif, berani mengambil resiko dan siap untuk bersaing, memiliki pribadi yang kuat, memiliki semangat dan melaksanakan ilmu dan teknologi, mampu berbahasa asing, dapat membawa diri di dalam pergaulan dunia dan menghormati hak orang lain, berwawasan yang luas ke depan serta tidak takut kepada perubahan, mampu mengadakan kerjasama dalam waktu yang relatif lama, Pancasilais, taat beragama, dan suka belajar dengan prinsip - prinsip belajar seumur hidup (Waluya, 2013).
Kepala sekolah sebagai supervisor harus dapat menyediakan pengetahuan yang belum dikuasai oleh guru. Daerah pengetahuan yang harus disediakan agar bisa dikuasai oleh guru, yaitu:
- Studi analisis terhadap pengajaran,
- Struktur dan kegunaaan pengetahuan
- Konsep - konsep tentang perkembangan manusia dan belajar
- Desain belajar mengajar
- Demonstrasi dan evaluasi kompetensi -kompetensi mengajar.