Tujuan Pendidikan Adalah: Jenis, Hierarkhi, & Taksonomi Tujuan Pendidikan


Tujuan pendidikan adalah salah satu unsur pendidikan berupa rumusan tentang apa yang harus dicapai oleh anak didik, yang berfungsi sebagai pemberi arah bagi semua kegiatan pendidikan.

Tujuan pendidikan menjadi pedoman dalam rangka menetapkan isi pendidikan, cara-cara mendidik, alat pendidikan, dan menjadi tolak ukur dalam rangka melakukan evaluasi terhadap hasil pendidikan.

Tujuan pendidikan dirumuskan berdasarkan pemahaman tentang manusia serta nilai-nilai atau sesuatu yang diyakini berharga untuk dicapai manusia sebagai tujuan hidupnya. Jadi terdapat hubungan antara tujuan pendidikan dengan konsep tentang manusia dan tujuan hidup manusia.

Menurut Langeveld (1980), tujuan umum pendidikan adalah kedewasaan atau manusia dewasa, yaitu manusia yang mampu menentukan dirinya sendiri secara mandiri atas tanggung jawab sendiri.

Sejalan dengan pendapat itu, Hoogveld mengartikan kedewasaan sebagai manusia yang dapat melaksanakan tugas hidupnya secara mandiri. Dengan kata lain, tujuan umum pendidika itu adalah agar “manusia” (anak didik) mampu menjadi manusia, artinya mampu mewujudkan diri sesuai kodrat dan martabat kemanusiannya atau mampu melaksanaka peranan sesuai dengan statusnya dan nilai-nilai yang diakui.

Artinya rumusan tujuan pendidikan hendaknya meliputi dimensi wujud manusia (sebagai kesatuan badani-rohani) serta dimensi-dimensi eksistensinya. Hal ini mengimplikasikan bahwa pengembangan manusia melalui pendidikan diharapkan meliputi potensi: keimanan dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, potensi untuk mampu berbuat baik, hidup sehat, potensi cipta, rasa, dan karsa.

Jenis Tujuan pendidikan

Menurut Langeveld (1980) terdapat enam jenis tujuan pendiidkan yaitu:

1. Tujuan umum (tujuan lengkap, tujuan total atau tujuan akhir)

Tujuan umum merupakan tujuan yang menjadi sumber bagi tujuan lainnya. Semua manusia ingin mencapai tujuan umum tersebut, yakni manusia dewasa/kedewasaan atau menjadi manusia. Tujuan umum ini dapat dijabarkan menjadi tujuan-tujuan khusus.

2. Tujuan khusus (penghkhususan dari tujuan umum)

Tujuan khusu merupakan pengkhususan atau penjabaran dari tujuan umum yang dirumuskan berdasarkan asas atau prinsip sebagai berikut.

  • Usia, bakat, dan jenis kelamin anak didik.
  • Kemungkinan-kemungkinan yang ada pada kelaurga dan alam sekitar anak didik.
  • Tujuan kemasyarakatan bagi anak didik.
  • Kesanggupan-kesanggupan yang ada pada pendidik.
  • Tugas lembaga pendidikan.
  • Tugas bangsa dan manusia pada waktu dan tempat tertentu.

Jika mengacu kepada prinsip atau asas di atas, maka tujuan umum pendidikan yang sama bagi semua orang (yaitu kedewasaan) akan mempunyai isi tujuan khusu yang bervariasi.

Contohnya tujuan pendidikan nasional suatu bangsa berbeda dengan tujuan pendidikan nasioanl bangsa lainnya. Tujuan pendidikan bagi anak laki-laki mungkin berbeda dengan tujuan pendidikan bagi anak perempuan. Tujuan pendidikan SD akan berbeda dengan tujuan pendidikan TK.

3. Tujuan insidental

Tujuan insidental adalah tujuan yang menyangkut suatu peristiwa khusus. Tujuan insidental jauh hubungannya dengan tujuan umum, namun tujuan ini tetap terarah kepada tujuan umum.

Contohnya sebelum jam belajar dimulai, anak-anak bermain di pintu gerbang SD. Dengan tujuan agar anak-anak tersebut tidak menghalangi atau tidak mengganggu orang lain yang akan melewati pintu gerbang, maka guru melarang anak-anak untuk bermain di pintu gerbang. Agar tidak masuk angin, anak-anak dilarang bermain air, dsb.

4. Tujuan sementara

Tujuan sementara atau tujuan tentatif ialah tujuan yang terdapat pada langkah-langkah pencapaian tujuan umum.

Contoh: dalam rangka mencapai tujuan umum pendidikan, maka akan terdapat tujuan sementara seperti agar anak dapat berjalan, agar anak dapat berbicara, agar anak biasa hidup bersih, dll.

5. Tujuan tak lengkap

Tujuan tak lengkap adalah tujuan pendidikan yang hanya berkenaan dengan salah satu aspek kemampuan atau dimensi kehidupan.

Contoh: agar anak mampu menyebutkan urutan bilangan, agar anak hapal membaca do’a sebelum makan, tujuan pelajaran matematika, dll.

6. Tujuan intermedier

Tujuan intermedier adalah tujuan pendidikan yang apabila dapat dicpai menjadi alat atau menjadi jembatan untuk mencapai tujuan pendidikan lainnya yang lebih luas atau lebih tinggi tingkatannya.

Contoh: di TK, anak diharapkan mampu menyebutkan urutan bilangan dan menuliskan angka. Tujuan ini akan menjadi perantara untuk kemudian anak mampu berhitung. Belajar berhitung biasanya dilakukan di SD.

Hierarkhi Tujuan Pendidikan

Pengkhususan dari tujuan umum pendidikan antara lain akan menghasilkan rumusan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional ini bersifat ideal dan belum operasional.

Dalam upaya pencapaiannya, tujuan pendidikan nasional dijabarkan menjadi empat agar nantinya lebih mudah dievaluasi. Keempat penjabaran tersebut adalah:

1. Tujuan pendidikan nasional

Tujuan pendidikan nasional adalah tujuan dari keseluruhan satuan, jenis, dan kegiatan pendidikan, baik pada jalur pendidikan formal, informal, dan nonformal dalam konteks pembangunan nasional.

Adapun Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia adalah “berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Bab II Pasal 3 UU RI NO. 20 Tahun 2003).

2. Tujuan institusional

Tujuan intsittusional yaitu tujuan yang seharusnya dicapai oleh satuan lembaga pendidikan tertentu. Lebih mudahnya tujuan ini adalah tujuan setiap masing-masing instansi atau sekolah.

3. Tujuan kurikuler

Tujuan kurikuler adalah tujuan suatu bidang studi atau mata pelajaran tertentu. Misalnya tujuan mata pelajaran IPA, IPS, matematika, bahasa Indonesia, dan mata pelajaran lainnya.

4. Tujuan instruksional

Tujuan instruksional atau tujuan pengajaran meliputi tujuan pembelajaran umum yaitu tujuan suatu pokok bahasan dari suatu bidang studi atau mata pelajaran yang diajarkan di suatu lembaga pendidikan (seperti SD, SMP, SMA, SMK).

Selanjutnya tujuan pembelajaran khusus yang bersifat spesifik, operasional, dan terukur yang harus dicapai pada setiap pertemuan pembelajaran atau biasa kita kenal dengan nama rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Taksonomi Tujuan Pendidikan

Keseluruhan taksonomi tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga kawasan, yakni kawasan kognitif (mencakup kemampuan intelektual mengenai lingkungan), kawasan afektif (mencakup kemampuan emosional), dan kawasan psikomotorik (mencakup kemampuan motorik).

Struktur kawasan kognitif ini memiliki level C1 sampai level C6. Level C1 (remember atau mengingat), level C2 (understand atau pemahaman), level C3 (apply atau penerapan), level C4 (analize atau analisis), level C5 (evaluate atau evaluasi), dan level C6 (create atau mencipta).

Setiap kategori proses kognitif tersebut terdiri dari dua atau lebih proses kognitif yang lebih spesifik, sehingga semunya berjumlah 19.

Semua hal tersebut selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk kata kerja yang kita kenal dengan nama kata kerja operasional (KKO).

Para ahli pendidikan mengklasifikasikan kategori proses kognitif menjadi dua kelompok, yaitu low order thingking skills (LOTS) dan higher order thingking skills (HOTS).

Struktur kawasan afektif menurut revisi dari Krathwol, Bloom, dan Masia (1964:95) adalah sebagai berikut.

1. Receiving (attending).
  • Awareness
  • Willingness to receive
  • Controlled or selected attention
2. Responding
  • Acquiescence in responding
  • Willingness to respond
  • Satisfaction in response
3. Valuing
  • Acceptance of a value
  • Preferance for a value
  • Commitment (conviction)
4. Organization
  • Conceptualization of a value
  • Organization of a value system
5. Characterization by a value or value complex
  • Generalized set
  • Characterization
Struktur kawasan psikomotorik belum sempat dikembangkan oleh Bloom dkk. Berikut adalah struktur kawasan psikomotorik yang dikembangkan oleh Harrow (1972):
  1. Gerakan refleks
  2. Gerakan dasar
  3. Kemampuan perseptual
  4. Kemampuan jasmani
  5. Gerakan-gerakan terlatih
  6. Kemunikasi nondiskursif

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url