Anak Tuna Laras: Pengertian, Karakteristik, Penyebab, Pendekatan dan Model Layanan


tuna laras

A. Pengertian Anak dengan Gangguan Emosi dan Tingkah Laku (Tunalaras)

Gangguan emosional dan perilaku (Emotional And Behavioral Disorder) di Indonesia dikenal dengan istilah Tunalaras. Emotional And Behavioral Disorders (EBD) atau gangguan emosional perilaku mengacu pada suatu kondisi dimana tanggapan perilaku atau emosional seorang individu di sekolah sangat berbeda dari norma-norma anak lain yang umumnya diterima, sesuai dengan usia, etnis, atau budaya yang mempengaruhi secara berbeda kinerja pendidikan di wilayah seperti perawatan-diri, hubungan sosial, penyesuaian pribadi, kemajuan akademis, perilaku di ruang kelas atau penyesuaian terhadap pekerjaan (Anggriana & Trisnani, 2016).

Gejala gangguan emosi dan perilaku biasanya dibagi menjadi dua macam, yaitu externalizing behavior dan internalizing behavior. Externalizing behavior memiliki dampak langsung atau tidak langsung terhadap orang lain, contohnya perilaku agresif, membangkang, tidak patuh, berbohong, mencuri, dan kurangnya kendali diri. Internalizing behavior mempengaruhi anak dengan berbagai macam gangguan seperti kecemasan, depresi, menarik diri dari interaksi sosial, gangguan makan, dan kecenderungan untuk bunuh diri. Kedua tipe tersebut memiliki pengaruh yang sama buruknya terhadap kegagalan dalam belajar di sekolah (Hallahan & Kauffman,1988).

B. Karaketristik Tuna Laras

Heward & Orlansky (1988) (dalam Widiastuti, 2020) mengatakan seseorang dikatakan mengalami gangguan perilaku apabila memiliki satu atau lebih dari lima karakteristik berikut dalam kurun waktu yang lama, yaitu: ketidakmampuan untuk belajar yang bukan disebabkan oleh faktor intelektualitas, alat indra maupun kesehatan, ketidakmampuan untuk membangun atau memelihara kepuasan dalam menjalin hubungan dengan teman sebaya dan pendidik, tipe perilaku yang tidak sesuai atau perasaan yang di bawah keadaan normal, sudah terbawa suasana hati (emosi labil), ketidakbahagiaan, atau depresi kecenderungan untuk mengembangkan simtom-simtom fisik atau ketakutan-ketakutan yang diasosiasikan dengan permasalahan-permasalahan pribadi atau sekolah.

Hallahan & Kauffman (1988) menjelaskan tentang karakteristik
anak dengan gangguan perilaku dan emosi yaitu:

1. Inteligensi dan prestasi belajar di bawah normal

Hallahan dan Kauffman (1988) menemukan bahwa anak-anak dengan gangguan ini memiliki inteligensi di bawah normal (sekitar 90) dan beberapa di atas bright normal. Dibandingkan dengan distribusi normal inteligensi, kebanyakan anak dengan gangguan emosional dan tingkah laku berada pada kategori slow learner dan ketidakmampuan intelektual ringan (mild intellectual disability). Kebanyakan anak yang memiliki gangguan emosional dan tingkah laku juga merupakan anak yang tidak berprestasi (underachiever) disekolahnya.

2. Conduct disorder (gangguan perilaku) 

merupakan permasalahan yang paling sering ditunjukkan oleh anak dengan gangguan emosi atau perilaku (Awwad, 2015). Perilaku-perilaku tersebut seperti memukul, berkelahi, mengejek, berteriak, menolak untuk menuruti permintaan orang lain, menangis, merusak, vandalisme, memeras yang apabila terjadi dengan frekuensi tinggi maka anak dapat dikatakan mengalami gangguan.

3. Perilaku yang immature (tidak matang atau kekanak-kanakan) dan menarik diri. 

Mereka mengalami keterasingan sosial, hanya mempunyai beberapa orang teman, jarang bermain dengan anak seusianya, dan kurang memiliki keterampilan sosial yang dibutuhkan untuk bersenang-senang. Beberapa diantara mereka mengasingkan diri untuk berkhayal atau melamun, merasakan ketakutan yang melampaui keadaan sebenarnya, mengeluhkan rasa sakit yang sedikit dan membiarkan “penyakit” mereka terlibat dalam aktivitas normal.

4. Tingkah laku yang ditolak oleh lingkungan

Penelitian mengenai status sosial dari siswa regular sekolah dasar dan
lanjutan pertama menunjukkan bahwa anak yang memiliki gangguan emosional dan tingkah laku ditolak oleh lingkungannya. Hubungan antara gangguan emosional dan tingkah laku dengan gangguan komunikasi cukup jelas. Anak atau remaja dengan gangguan emosional dan tingkah laku memiliki kesulitan yang besar dalam memahami dan menggunakan bahasa dalam lingkungan sosialnya.

C. Penyebab Tunalaras

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gangguang emosi dan perilaku (Rohmawati, 2017) yaitu:

1. Faktor biologis

Beberapa penyebab biologis telah ditemukan berhubungan dengan gangguan emosi dan perilaku tertentu. Contohnya termasuk anak-anak yang lahir dengan sindrom alkohol janin, yang menunjukkan masalah dalam pengendalian impuls dan hubungan interpersonal yang dihasilkan dari kerusakan otak. Malnutrisi dapat juga menyebabkan perubahan perilaku dalam penalaran dan berpikir. Selain itu, kelainan seperti skizofrenia mungkin memiliki dasar genetik.

2. Faktor lingkungan atau keluarga

Keluarga sangat penting dalam perkembangan anak-anak. Keluargalah peletak dasar perasaan aman pada anak, dalam keluarga pula anak memperoleh pengalaman pertama mengenai peasaan dan sikap sosial. Namun ada beberapa aspek dari penyebab terjadinya anak tuna laras, seperti :
a. Penerapan pola asuh yang tidak konsisten dan kesalahan dalam penerapan disiplin.
b. Keterlibatan pihak ketiga yang ekstrim berbeda dalam pendidikan anak
c. Penolakan dan pengabaian dari orangtua.
d. Orangtua atau orang dewasa menjadi model negatif bagi anak.
e. Kualitas rumah tangga.
f. Kematian salah satu orangtua yang memicu stres pada single parent.
g. Orang tua dan anggota keluarga yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
anak.
h. Status sosial ekonomi keluarga.
i. Perlakuan orangtua yang tidak adil.
j. Harapan orangtua yang tidak realistik.
k. Hukuman fisik yang berlebihan.

3. Faktor sekolah

Sekolah merupakan lingkungan kedua setelah keluarga yang mempengaruhi langsung terhadap perkembangan anak dan guru di sekolah juga bertanggungjawab dalam pendidikan anak. Lingkungan sekolah juga merupakan tempat berkembangnya penyimpangan tingkah laku anak. Beberapa sikap pihak sekolah yang tidak mendukung perkembangan positif pada anak, antara lain:
a. Disiplin dan tata tertib yang terlalu kaku.
b. Inkonsistensi pelaksanaan disiplin dan tata tertib.
c. Tuntutan yang terlalu berlebihan terhadap prestasi anak.
d. Kepribadian guru yang negatif.
e. Perlakuan guru yang tidak adil terhadap siswa.
f. Kemampuan manajemen waktu guru yang rendah.

4. Faktor masyarakat

Masalah masyarakat, seperti kemiskinan ekstrim disertai dengan gizi buruk, keluarga yang tidak berfungsi, berbahaya dan lingkungan yang penuh kekerasan, dan perasaan putus asa, dapat mengakibatkan atau memperburuk gangguan emosi atau perilaku. Kita tidak boleh melupakan contoh anak muda yang telah selamat dari situasi yang mengerikan dan tumbuh menjadi orang dewasa yang sehat. Kita belajar dari individual yang ulet ini bahwa lingkungan yang merugikan tidak tak terhindarkan untuk menyebabkan kesulitan emosional atau perilaku.

D. Pendekatan dalam Usaha Mengatasi Anak Tunalaras

Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam usaha mengatasi permasalahan anak dengan gangguan emosi dan perilaku yaitu pendekatan biomedis, pendekatan psikodinamik, pendekatan Pendidikan, dan pendekatan ekologi (Rahayu, 2015).

1. Pendekatan biomedis 

Pendekatan biomedis ini berusaha memandang dan memperlakukan anak dengan gangguan emosi dan perilaku dari sudut pandang ilmu kedokteran. Pendekatan biomedis tentu saja ditekankan pada obat dan penanganan secara medis. Orang tua dan guru dapat berkolaborasi dengan ahli medis atau dokter atau psikiater guna melakukan treatment pengobatan kepada anak sehingga siswa mendapat penanganan medis. Pendekatan ini digunakan untuk anak dengan gangguan emosi dan perilaku yang mengalami ketunalarasan karena cedera neurologis.

2. Pendekatan psikodinamik 

Pada pendekatan ini menitikberatkan pada segi psikologis anak. Pendekatan ini digunakan untuk mengatasi kelainan emosi. Strateginya adalah memahami dan memecahkan masalah yang difokuskan pada penyebab-penyebab hambatan yang dialami siswa. Biasanya para ahli yang melakukan pendekatan ini adalah konselor, psikolog, psikiater, dan atau pekerja sosial. Guru dapat juga menjadi bagian dari tim terapi yang menggunakan pendekatan psikodinamik

3. Pendekatan perilaku atau modifikasi perilaku 

Pendekatan perilaku adalah usaha untuk mengubah perilaku yang merupakan problematika sosial dan personal bagi anak. Tujuannya adalah menghilangkan perilaku yang menjadi hambatan dan menggantinya dengan perilaku yang lebih layak secara sosial. Peran orangtua dan guru sangat penting karena lebih banyak menghabiskan waktu dengan anak.

4.Pendekatan Pendidikan

Anak dengan gangguan emosi dan perilaku kurang mampu berkonsentrasi yang berakibat mereka juga kurang dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Program pengajaran yang tertata rapi dengan harapan-harapan jelas, dan rancangan indikator ketercapaian tujuan pembelajaran yang jelas dipercaya dapat meningkatkan prestasi anak dengan gangguan emosi dan perilaku. Kuncinya ada pada pembentukan suasana belajar yang baik, kondusif, dan ramah yang harus menjadi prioritas guru.

5. Pendekatan Lingkungan (ekologi)
Pendekatan ini menitikberatkan pada faktor-faktor dan tekanan-tekanan dalam masyarakat. Usaha pada pendekatan ini difokuskan pada pengaruh interaksi lingkungan terhadap anak, sehingga pendekatan ini menekankan usaha kolaborasi antar keluarga, sekolah, teman, maupun lingkungan masyarakat.

E. Model Layanan Pendidikan Tunalaras

Dalam menentukan model layanan pendidikan yang sesuai maka identifikasi sangat penting dilakukan oleh seorang guru khususnya guru di sekolah dasar dalam menemu kenali keberadaan anak dengan gangguan emosi dan perilaku. Identifikasi juga menjadi kunci keberhasilan proses pendidikan anak.
Setelah melakukan proses identifikasi maka guru dapat menentukan model layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dengan gangguan emosional dan perilaku. Adapun beberapa bentuk layanan pendidikan untuk anak dengan gangguan emosional dan perilaku yaitu: Layanan Pendidikan Segregasi, Layanan Pendidikan Terpadu dan Layanan Pendidikan Inklusi

Kesimpulan
Secara umum karakteristik sosial dan emosional anak dengan gangguan emosional dan tingkah laku, adalah tingkah laku yang tidak terarah (tidak patuh, perkelahian, perusakan, pengucapan kata-kata kotor dan tidak senonoh, senang memerintah, berperilaku kurang ajar); gangguan kepribadian (merasa rendah diri, cemas, pemalas, depresi, kesedihan yang mendalam, menarik diri dari pergaulan); tidak matang atau tidak dewasa dalam sikap (pasif, kaku dalam bergaul, cepat bingung, perhatian terbatas, senang melamun, berkhayal); pelanggaran sosial (terlibat dalam aktivitas geng, mencuri, membolos).

Tips & tutorial seputar ms.office disini 
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url