Contoh Anotasi Bibliografi (Jurnal)
Pernahkah kamu mendapat tugas untuk membuat anotasi bibliografi atau jurnal? Jika pernah dan belum tau cara membuat anotasi jurnal, simak ulasan berikut ini.
Format anotasi bibliografi pada dasarnya bersifat deskriptif maupun deskriptif-evaluatif. Struktur umum anotasi bibliografi atau jurnal pada dasarnya mengikuti pola berikut:
- Detail sumber kutipan (penulisan referensi dengan gaya tertentu).
- Pernyataan singkat mengenai fokus utama atau tujuan penulisan buku atau jurnal atau sumber bacaan lainnya.
- Ringkasan teori, temuan penelitian atau argumen yang dimuat di dalamnya.
- Pertimbangan terkait kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sumber bacaaan tersebut dari segi kredibilitas penulis, argumen yang disimpulkan, dan lainnya.
- Komentar evaluatif terkait bagaimana hasil kajian dari sumber yang dibaca dapat sejalan dan berguna bagi penelitian yang sedang dilakukan.
Contoh Anotasi Jurnal
Jurnal 1
Ali, M. (2016). Membedah Tujuan Pendidikan Muhammadiyah. PROFETIKS, Jurnal Studi Islam, 17(1), 43-56. Doi: https://doi.org/10.23917/profetika.v17i01.2099.
Berawal dari sebuah pertanyaan “masih setiakah tujuan pendidikan Muhammadiyah dengan cita-cita pendirinya?”, Mohamad Ali membuat sebuah artikel dengan panjang 14 halaman yang menyajikan hasil penelitian mengenai tujuan pendidikan Muhammadiyah, yang dikorelasikan dengan cita-cita pendirinya serta tujuan pendidikan dalam teori modern. Dinamika tujuan pendidikan Muhammadiyah telah mengalami berberapa kali perubahan mengikuti perkembangan zaman. Meskipun demikian, perubahan tujuan pendidikan tersebut masih mengacu kepada tujuan pendidikan yang dikatakan oleh KH. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), yaitu: “dadiyo kyai sing kemajuan, lan aja kesel-kesel anggonmu nyambut gawe kanggo Muhammadiyah”. Artinya, jadilah ulama yang berkemajuan, dan tidak kenal lelah bekerja/beramal bagi Muhammadiyah. Tujuan pendidikan Muhammadiyah revisi adalah sebagai berikut: Terwujudnya manusia muslim yang bertaqwa, berakhlak mulia, percaya kepada diri sendiri, cinta tanah air, dan berguna bagi masyarakat dan Negara, beramal menuju terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah SWT. Tujuan pendidikan yang disampaikan oleh KH. Ahmad Dahlan senada dengan revisi tujuan pendidikan Muhammadiyah, meskipun terdapat kata-kata yang berbeda namun interpretasi maknanya masih sama. Konsep “manusia muslim” senada dengan istilah “Kyai”, selanjutnya kalimat “bertaqwa, berakhlak mulia, percaya kepada diri sendiri” senada dengan istilah “sing kemajuan” dalam pandangan KH. Ahmad Dahlan. Terakhir, konsep “berguna bagi masyarakat dan Negara” senada dengan kalimat “aja kesel-kesel anggonmu nyambut gawe kanggo Muhammadiyah”, karena menurut-Nya bekerja untuk Muhammadiyah itu adalah berjuang untuk masyarakat dan kemajuan kehidupan sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan pendidikan Muhammadiyah masih sesuai atau setia terhadap cita-cita atau tujuan pendidikan pendirinya. Selain itu, corak tujuan pendidikan Muhammadiyah lebih dekat kepada teori pendidikan progresif. Namun, karena landasan pendidikan Muhammadiyah adalah religius, maka tujuan pendidikan Muhammadiyah bercorak progresif religius.
Artikel ini ditulis dengan baik dan sistematis oleh penulis. Terlebih di dalam isi penelitian terdapat kajian historisitas tujuan pendidikan, sehingga pendekatan penelitian sejarah mereka semakin jelas dan terarah. Terlepas dari hal tersebut, masih terdapat beberapa sitasi yang belum lengkap dalam penulisan artikelnya.
Jurnal 2
Ibrahim, R. (2013). Pendidikan Mulitkultural: Pengertian, Prinsip, dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam. ADDIN: Media Dialekta Ilmu Islam, 7(1), 129-154. Doi: http://dx.doi.org/10.21043/addin.v7i1.573.
Dalam pencapaian tujuan pendidikan, terdapat berbagai macam tantangan salah satunya adalah perbedaan budaya. Beranjak dari hal tersebut, Ibrahim mengkaji dalam sebuah artikel yang berisi 26 halaman mengenai pendidikan multikultural, sebagai salah satu solusi untuk mengatasi perbedaan budaya dalam pencapaian tujuan pendidikan. Sebagai seorang muslim, Ibrahim juga mengkaji relevansi antara pendidikan multikultural dengan tujuan pendidikan islam. Pendidikan multikultural merupakan strategi pendidikan yang dapat diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan perbedaan-perbedaan kultural pada siswa agar proses belajar menjadi lebih mudah. Pendidikan multikultural menjunjung tinggi toleransi dan rasa saling menghargai serta menghormati antar sesama meski terdapat banyak perbedaan. Tujuan dari pendidikan multikultural adalah terciptanya harmonisasi antar siswa dalam kehidupan masyarakat yang majemuk. Secara spesifik, artikel ini mengkaji relevansi antara pendidikan multikultural dengan tujuan pendidikan Islam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan multikultural yang menjunjung tinggi toleransi dan rasa saling menghargai serta menghormati, relevan dengan tujuan pendidikan islam yang berbunyi: “Tujuan pendidikan Islam bukan sebatas mengisi pikiran siswa dengan ilmu pengetahuan dan materi pelajaran, akan tetapi membersihkan jiwanya yang harus diisi dengan akhlak dan nilai-nilai yang baik dan dikondisikan supaya bisa menjalani hidup dengan baik”. Selain itu, Islam juga sangat menjunjung tinggi toleransi antar umat sebagaimana terdapat pada Surat Al-Kafirun.
Secara penulisan isi atau pembahasan, artikel ini ditulis dengan sistematis oleh penulis. Teori-teori yang mendukung relevansi pendidikan multikultural dengan tujuan pendidikan islam dikemukakan dengan cukup detail. Meskipun demikian, masih terdapat kesalahan dalam penulisan kata (typo), misalnya “konsekuensi” menjadi “konsekwensi”. Selanjutnya, pada struktur penulisan artikel tidak terdapat metode penelitian yang menjadi cara dalam pengumpulan data yang disajikan. Terakhir, pada penulisan sitasi dan catatan kaki (footnote) masih terdapat beberapa kekeliruan.
Jurnal 3
Rohman, M., & Hairudin. (2018). Konsep Tujuan Pendidikan Islam Perspektif Nilai-Nilai Sosial Kultural. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 9(1), 21-35. Doi: https://doi.org/10.24042/atjpi.v9i1.2603.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya, Artikel yang ditulis oleh Rohman dan Hairudin ini bertujuan untuk mengkaji konsep tujuan pendidikan Islam perspektif nilai-nilai sosio-kultural. Tujuan pendidikan Islam mencakup dua aspek, yakni kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Artinya, tujuan pendidikan islam untuk membentuk manusia yang mampu menghadapi segala bentuk persoalan kehidupan dunia dan membentuk manusia yang taat kepada Allah SWT., agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Landasan berpijak pendidikan islam harus saling terintegrasi, antara ilmu umum (qauniyyah) dan kepada ilmu agama, yakni ilmu ayat-ayat Al-Qur’an atau wahyu tertulis (qauliyyah). Artikel ini mengkaji integrasi nilai-nilai sosio-kultural terhadap tujuan pendidikan Islam. Hasil penelitian membuktikan bahwa pendidikan islam harus direformasi dengan multi-pendekatan. Dalam praktiknya, pendidikan islam dapat memadukan nilai-nilai sosio-kultural maupun nilai-nilai multikultural. Hal tersebut didasarkan pada masih banyaknya ditemukan pendidik yang anti terhadap perbedaan. Hal ini didukung dengan adanya penelitian di PPIM UIN Jakarta yang menyebutkan bahwa kisaran angka 30% guru memiliki pandangan intoleran dengan pemeluk agama lain. Selain itu, ditemukan juga bahwa nilai-nilai sosio-kultural dapat diimplementasikan pada perekrutan tenaga pendidik yang selektif, pimpinan melakukan evaluasi secara rutin, dan guru berpijak pada nilai-nilai keragaman.
Artikel ini ditulis dengan baik dan sistematis oleh kedua penulis. Teori-teori yang mendukung penelitian ini dikemukakan dengan cukup lengkap dan cukup detail. Hasil penelitian yang didapatkan oleh penulis, didukung juga dengan hasil penelitian terpercaya, sehingga menambah kejelasan dari artikel tersebut. Namun, pada penulisannya masih terdapat kekeliruan kata, misalnya “komplet”.